Minggu, 16 Agustus 2015

Written on

Memperingati HUT Kemerdekaan RI ke 70 di Besuki

Kota kelahiran, begitulah kira-kira saya menyebutnya. Kawasan ini Besuki namanya, meliputi beberapa desa. Kawasan Besuki dalam benak kecil saya bukan beberapa desa dalam ranah administratif, entah kenapa dalam benak kami orang-orang disini menyebut Besuki itu bisa sampai ke ujung timur Asembagus, bahkan melewati ujung barat Probolinggo. Besuki dalam kawasan terjamah, saya kira-kirakan meliputi 7 Kecamatan. Kawasan ini secara ekonomis menjadi pusat perdagangan dan pusat informasi dan bisnis. Mungkin tidak dapat disebut demikian, jika tanpa apa yang ada dalam benak kami tersebut, yang sebetulnya merupakan keadaan tentang kota tua Besuki- yang pernah menjadi kota paling modern di jamannya sejak agustus 1818 Masehi. Namun beringsut menjadi kabur dan tak tampak lagi megah malah kini kusut- kalah dengan kawasan Jember atau bahkan Situbondo. Besuki kawasan cagar budaya yang tidak berintegrasi dengan catatan administratif karena pemerintah daerahnya tidak peka terhadap penyelamatan kawasan ini sebagai kawasan sejarah.

Terlepas dari itu semua, hari ini tadi saya menyempatkan diri untuk melakukan pemotretan event tahunan yang selalu saya ikuti dimana saya berada. Entah bertugas kala itu menjadi Paskibraka, entah menjadi peserta upacara, dan sekarang motret sajalah. Hmmm, begitulah kira-kira.

Saya konsepkan event kali ini dengan mata drone. Artinya kita menyelinap menatap event dari ketinggian dan disajikan dari mata drone. Hasilnya, begini kira-kira

Suasana hari Kemerdekaan RI ke 70 di Besuki itu seperti ini dalam layar rana saya. Pemandangannya indah banget dari atas sini. Keindahan yang tiada tara dan merupakan kawasan yang diberkahi Allah Ta'ala- demikian menurut kriteria Agama yang saya anuti. Kriteria kawasan yang tak pernah berhenti memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi para penganutnya. Dan para penduduknya adalah orang-orang beragama yang tunduk dan patuh pada agama. Semoga menjadi kawasan yang tidak Taqlid terhadap para pemimpin agamanya.

Suasana ketika bendera telah siap dikibarkan.


 di Puncak itu, di lantai ketiga itu saya bertengger. Dari menara masjid itu saya menjepretkan kamera ini. Dibantu dengan lensa kit dan lensa 200 mm saya merambah event ini. Alhamdulillah, kawan-kawan saya di masjid tersebut, Pak Ipul dan Pak Aguk - yang jadi akrab karena masa ramadhan kami selalu jumpa malam-malam tadarrus.


 Komadan upacaranya dari Polwan, duh lupa saya gak mencatat namanya. Dari sini suaranya terdengar kuat sekali, ketika penghormatan bendera merah putih. Langsung merinding saya, ketika suara lagu Indonesia Raya disuarakan.
Lensa 200 mm dipasang penuh, dan kami berhasil mengabadikan Sang Merah Putih terbentang lebar. Walaupun sayang banget para seksi dokumentasi di seberang sana memotret dengan kamera poket dan hape .. terlalu dekat dengan para pengibar ini. Lihat bocornya ah, ahahaha.
Kalau mau dibahas sie, kan udah ada lensa-lensa terintegrasi dengan kamera ponsel sehingga tidak perlu mendekat sampai batas itu. Sehingga mengganggu kewibawaan event. Hehehe, cuma sentilan saja.. semoga kelak diparingi kemudahan untuk membumikan kewibawaan simbol negara yang kita hormati bersama ini.
Seusai pengibaran bendera, dengan low anggel saya memotret Paskibraka ini melaju dengan derap langkahnya.
 Tak lupa saya sempatkan ambil gambar, sang pengusung Bendera Merah Putih itu. Cantik sekali dalam layar rana ini. Tak tampak kusut dan tak capek rasanya warna wajahnya itu. Walaupun saya mengira tadinya mereka pasti terengah-engah atau tertekan karena cekaman tugas atau mentari pagi Besuki yang bersinar penuh hari ini tadi.

Setelah upacara, diumumkan dengan semarak sekali bahwa akan ada drama kolosal. Entahlah apa itu bentuknya, tetapi saya sempatkan untuk memberi waktu pada suasana ini. Saya cuma duduk - duduk saja menunggu apa yang akan terjadi. 

Sejenak sayup-sayup terdengar suluk berbahasa madura. Semacam macopat, sebuah tradisi kesenian dongeng yang dibacakan dengan partitur berbahasa madura pegon dan diverbal dengan suara-suara yang terukur dan pakem. Macopat adalah tradisi orang Besuki. Rupanya dubbing, diperankan oleh pelakon. Duduk diatas lincak (semacam balai-balai bambu) memulai event ini dubbing ini terlantun sempurna, dan rasa-rasanya ini adalah semacam dongeng yang akan diperankan oleh banyak orang. Ya, seorang kakak sedang bercerita tentang kehidupan sebuah masyarakat Besuki ... Yang hidupnya tentram dan sejahtera.



Kehidupan yang penuh keramahtamahan, pasar dan perdagangan berjalan apa adanya.
Mendadak berubah setelah dunia pasca renaissance berjangkit budaya kekerasan, perang dan peradaban yang membolehkan menjajah bangsa lain yang keji dan kejam. Kehidupan rasa-rasanya adalah penderitaan.


 Rakyat Indonesia melarat, kekejian dimana-mana. Indonesia menangis.
 Sebagai yang ingin merdeka, masyarakat berjuang dan merelakan jiwa dan kehidupannya dikorbankan. Kehidupan memang keras, tidak banyak yang bisa dipelihara- semuanya adalah kerusakan dan perang. Sebagian rakyat memang harus berperang untuk menang.
Selama kurang lebih 350 tahun keadaan itu.
Lalu keadaan itu berakhir, namun tidak sama sekali berhasil menguburkan tangis dan nestapa. Rakyat kembali dicecar dengan budaya kekerasan dan perang. Jepang menang perang terhadap Belanda dan menguasai Indonesia. Keadaan baru yang kurang menyenangkan.
 Rakyat berusaha dan terus mencari jalan untuk penghidupan. Berperang juga adalah salah satunya. Mereka resmi bermerah putih dan mereka melawan. Menyusun kekuatan, bersama-sama berjuang, mengundi kehidupan antara hidup atau mati. Mereka berperang .... setelah sekian lama.

 Pejuang-pejuang bertarung sampai darah penghabisan. Kehidupan memang harus diperjuangkan !!.
Mereka akhirnya menang !!!..

Dan Sang Pendongeng, menutup dongengnya dengan Bacaan Puisi. Puisi tentang semangat untuk Kerja, Kerja dan Kerja !!!!!!


MERDEKA !!!


Demikian essai foto kali ini, semoga berkenan. Terima kasih.

Tersaji juga dalam album facebook, klik disini.

Share this case:

0 komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Streaming Radio Online


Get the Flash Player to see this player.


Dengarkan di WINAMP

Streaming Provider by :
KLIKHOST.com

Sample Text