Minggu, 18 Oktober 2015

Written on

Laporan Liputan Best Situbondo Carnival 2015

Berikut adalah sebagian besar karya fotografi kami di BSC 2015, tanggal 18 Oktober 2015 yang baru lalu. Event ini mengambil tema "Asapok Ombhe'", artinya berjibaku bersama ombak. Thema yang cukup menarik, karena hampir semua fikiran dan obyek tentang laut diangkat dalam penampilan 100-an lebih peraga. 

Asapok Ombhe', itu dipercakan dalam beberapa sub tema- dan dijadikan devile dalam kesempatan ini. Pasukan atau sebut saja Devile itu, mewakili masing-masing sub tema, diantaranya Pasukan Ombak, Pasukan Ikan, Pasukan Perahu, Pasukan Ratu Lautan, Pasukan Sasandhing, dan sebagainya hingga seluruhnya ada 7 (tujuh) Devile. 

Ketujuh Devile ini terdiri masing-masing 6-10 orang peraga. Even tahunan ini diselenggarakan di Alun-alun Kota Situbondo. Belum beranjak dari lokasi ini sejak pertama kalinya event ini terselenggara.

Berikut adalah karya-karya fotografi saya. Semoga berkenan.






itu adalah hasil editing tanggal 18 malam, dan insha Allah bersambung. 

Pada malam, tanggal 19 Oktober- berikut hasil editing saya. Semoga berkenan.











Selamat menikmati, semoga berkenan. 
Read More

Selasa, 22 September 2015

Written on

Info Event, Best Situbondo Carnival 2015, 18 Oktober 2015















Read More
Written on

Fotografi Alam, Memperhatikan Fase Generatif Tanaman dimusim Kering

Musim Kemarau 2015 ini, menyisakan keadaan yang kadang tak terlintas di jalur pandang kita. Sejenak mari kita perhatikan tanaman-tanaman di sekitar kita. Bagaimana keadaan mereka dalam menghadapi keadaan lingkungan tumbuhnya yang kering kerontang, sedikit sekali kandungan air untuk mereka tumbuh dan apa yang mereka tunjukkan kepada kita.

Berikut adalah sejenak cuplikan beberapa fotografi yang sempat saya tangkap dalam layar rana saya.

Perjalanan diawali dari acara rehat, duduk terpekur ditengah sunyi. Sesekali sapa menyapa petani-petani yang melintas hanya memberi ritmis pada alam yang senyap dan penuh kedamaian.

Diujung sana diarah pandang mata saya tampak rumah atau lebih tepatnya gubuk yang tampak mencolok karena dibagian bawahnya tandus meranggas tanpa hijauan.

Saya siapkan kamera, dan coba menikmatinya. Sembari menghirup udara dalam-dalam saya rasa tertariklah benak nie, karena komposisinya menarik. Dan berikut hasilnya.

Add caption

Lalu perlahan saya beringsut dengan sepeda tunggangan yang bergerak resah, karena jalan tlah landai. Karena kendaraan ini saya matikan mesinnya, ketika jalan bergerak menurun. Dan saya terhenti. Di kejauhan itu, tampak tanaman kamboja besar menyapu arah pandang saya. Dua, tiga, empat dan beberapa lainnya. Dan saya memilih salah satu saja. Dengan lensa DSLR berkekuatan tertinggi saya ambil gambarnya, dan pada ukuran terendah saya pun ambil gambarnya.Demikianlah, sehingga tampaklah hasilnya, 
Seperti apa yang saya ingin sampaikan tentang ide dasarnya, tidak muncul seketika. Namun ide ini digoreskan oleh penganan dan hasil olahannya yang tersaji rapi di sebuah warung yang damai - ramai pengunjung, sekedar membungkus gorengan dan buah-buah pisang berjajar. Nampak pemandangan hasil bumi yang tergores dalam suatu garis lurus. Tampaknya bagus. Walaupun memang patut disayangkan, moment  ini hanya sekali dan saya juga sudah memperhitungkan bakal ada sisi yang tak terengkuh dengan pengaturan kamera saya. Lihat di foreground. Hmmm, sayang sekali blurnya tampak. Padahal seharusnya itu adalah obyek gambar yang juga harus masuk dalam point of view. Namun demikian, komposisinya bagus- akhirnya mengurangi kuasa miss focus itu dan off the record yaa... ini bagus koq :)  
Pisang dan hasil olahannya. Ditemani kerupuk. Apalah lagi yang nak kau dustakan dari Pemberian Tuhan ?. Alhamdulillaaah... betapa indahnya lepas fase generatif.
Melanjutkan perjalanan berikutnya. bersimpang jalan dengan kendaraan-kendaraan besar- saya menyingkir dari jalur jalan utama. Masuk ke jalan terusan yang dipandang lebih baik - walaupun sempit, tetapi cukuplah melaju dan terhindar dari debu. Sisi kiri dan kanan tampak tetanaman kekayu yang cukup banyak. Dan termasuk tanaman ini. Entah apa namanya ?.


Dan tanaman ini pun menghentikan gerak laju saya. Tingginya sekitar 12 meteran. diameter batang bagian bawah yang terbesar sekitar 75 cm. Cabang-cabangnya gersang, hanya tersisa bunga-bunga merah yang bak menempel dan terikat di hampir semua bagian tanaman ini kecuali batang utama. Indah sekali... Agak lama saya diam, walaupun panas terik menyengat. Karena ini indah, lihatlah :)

Tahukah Anda ?. Tentang fenomena ini ?. Apa yang terjadi pada tanaman, kenapa dia berbunga dan berbuah di musim kemarau ?.  Walaupun ini diluar lingkup kerjaanku, memperhatikan hampir semua tanaman di sepanjang jalanku ini - sesaat ketika menuju wilayah kerjaku - tanaman - tanaman ini menampilkan sebuah fase kehidupannya, yakni fase generatif.


Seperti diketahui, tanaman itu memiliki dua fase, yakni vegetatif dan generatif. Fase generatif selalu mengikuti fase vegetatif. Fase generatif yang dipenuhi banyak air akan menghasilkan buah yang besar-besar dan bernas.Walaupun sebetulnya fase generatif pada tanaman-tanaman ini tidaklah selalu berada pada keadaan cukup air, namun tanaman memiliki ketahanan tersendiri terhadap keadaan lingkungannya. Maka, jika ingin berbuah besar bantulah tanaman-tanaman ini dengan menambahkan air pada lingkar akar terluarnya. SIramlah, siramlah.

Tanaman yang biasanya ada di pekarangan kita adalah tanaman mangga. Siramlah ketika fase ini sedang terjadi. Sejak masa berbunga hingga masa berbuah. Jangan telat air. Buah akan lebih berisi. 


Fase generatif itu bisa kadangkala terdiri dari fase muda dan matang. Fase matang tanaman itu biasanya ditandai dengan beberapa ciri khas perubahan pada buah sejak dari kulit hingga isinya. Seperti fase generatif pada tanaman ini. Yang muda hijau, yang matang kuning.

Inilah pohon jati. Tinggi menjulang, sekitar 10-12 meteran, buahnya yang kecil (3-4 cm) saja diameternya, kurang dapat saya gambarkan dengan jelas. Tectonia grandis, di musim kering inilah dia bisa berbuah. Buahnya bercangkang dan keras banget. Untuk tumbuh dia perlu dibakar atau diperlakukan dengan treatment khusus. Maka, sebetulnya kebakaran hutan kadang bisa membantunya tumbuh. Namun tidak pada keadaan tanah masam, seperti gambut. Gambutlah penyebab asap. Tanah gambutlah yang perlu diolah kembali sehingga bisa menumbuhkan.

Tanaman lamtoro ini pernah membuat saya terbantu, betapa tidak ?. Biji-bijinya bisa menjadi penyelamat beberapa kawasan curam. Biji-bijinya cukup ditebar melawan arah aliran air jatuh pada lereng. Buatlah garis lurus, lamtoro bakal menjadi tanaman pioner untuk membuat teras-teras, karena dia bisa menahan tanah dan bijinya mudah didapat. Jika dipotong dan dirapikan pun dia bisa tumbuh terus. Tidak seperti tanaman lain, dipotong- tanaman itu bakal stress dan mati. Tebarlah biji-biji lamtoro dan buatlah teras-teras pada areal pertanaman Anda yang curam. Insha Allah akan terbantu menyelamatkan lingkungan dari longsor.


Tanaman palembang, kalau orang sini bilang nie KAJUH JHEREN. Kajuh itu artinya Pohon. Jheren itu artinya Kuda. Entah kenapa disebut demikian. Tidak seperti  halnya tanaman lamtoro. Tanaman kayu Palembang ini ditanam untuk sebuah kepentingan pemagaran oleh warga-warga. Dia tidak diambil dari biji-bijinya. Tetapi cukup dari potongan batang dan ditancapkan. Kayu palembang juga bisa digunakan untuk membuat teras. Tetapi butuh tenaga besar pada areal yang luas karena kita harus memotong dan membuat lubang untuk ditancapkan. Kayu palembang, disukai dedaunannya oleh ternak. 



Read More

Minggu, 23 Agustus 2015

Written on

Aksi Anak-anak Kreatif dalam HUT Kemerdekaan RI 70 di Istana Merdeka


Aksi Memukau Paskibra Cilik di Istana Merdekaa

Paskibraka paling keren di dunia...lihat aksi mereka...di HUT RI ke 70 di Istana...kalo menurut kamu keren like dan share ya... #LoveIndonesia... #DirgahayuRIke70

Posted by Ida Suhartini on 19 Agustus 2015
Read More

Minggu, 16 Agustus 2015

Written on

Memperingati HUT Kemerdekaan RI ke 70 di Besuki

Kota kelahiran, begitulah kira-kira saya menyebutnya. Kawasan ini Besuki namanya, meliputi beberapa desa. Kawasan Besuki dalam benak kecil saya bukan beberapa desa dalam ranah administratif, entah kenapa dalam benak kami orang-orang disini menyebut Besuki itu bisa sampai ke ujung timur Asembagus, bahkan melewati ujung barat Probolinggo. Besuki dalam kawasan terjamah, saya kira-kirakan meliputi 7 Kecamatan. Kawasan ini secara ekonomis menjadi pusat perdagangan dan pusat informasi dan bisnis. Mungkin tidak dapat disebut demikian, jika tanpa apa yang ada dalam benak kami tersebut, yang sebetulnya merupakan keadaan tentang kota tua Besuki- yang pernah menjadi kota paling modern di jamannya sejak agustus 1818 Masehi. Namun beringsut menjadi kabur dan tak tampak lagi megah malah kini kusut- kalah dengan kawasan Jember atau bahkan Situbondo. Besuki kawasan cagar budaya yang tidak berintegrasi dengan catatan administratif karena pemerintah daerahnya tidak peka terhadap penyelamatan kawasan ini sebagai kawasan sejarah.

Terlepas dari itu semua, hari ini tadi saya menyempatkan diri untuk melakukan pemotretan event tahunan yang selalu saya ikuti dimana saya berada. Entah bertugas kala itu menjadi Paskibraka, entah menjadi peserta upacara, dan sekarang motret sajalah. Hmmm, begitulah kira-kira.

Saya konsepkan event kali ini dengan mata drone. Artinya kita menyelinap menatap event dari ketinggian dan disajikan dari mata drone. Hasilnya, begini kira-kira

Suasana hari Kemerdekaan RI ke 70 di Besuki itu seperti ini dalam layar rana saya. Pemandangannya indah banget dari atas sini. Keindahan yang tiada tara dan merupakan kawasan yang diberkahi Allah Ta'ala- demikian menurut kriteria Agama yang saya anuti. Kriteria kawasan yang tak pernah berhenti memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi para penganutnya. Dan para penduduknya adalah orang-orang beragama yang tunduk dan patuh pada agama. Semoga menjadi kawasan yang tidak Taqlid terhadap para pemimpin agamanya.

Suasana ketika bendera telah siap dikibarkan.


 di Puncak itu, di lantai ketiga itu saya bertengger. Dari menara masjid itu saya menjepretkan kamera ini. Dibantu dengan lensa kit dan lensa 200 mm saya merambah event ini. Alhamdulillah, kawan-kawan saya di masjid tersebut, Pak Ipul dan Pak Aguk - yang jadi akrab karena masa ramadhan kami selalu jumpa malam-malam tadarrus.


 Komadan upacaranya dari Polwan, duh lupa saya gak mencatat namanya. Dari sini suaranya terdengar kuat sekali, ketika penghormatan bendera merah putih. Langsung merinding saya, ketika suara lagu Indonesia Raya disuarakan.
Lensa 200 mm dipasang penuh, dan kami berhasil mengabadikan Sang Merah Putih terbentang lebar. Walaupun sayang banget para seksi dokumentasi di seberang sana memotret dengan kamera poket dan hape .. terlalu dekat dengan para pengibar ini. Lihat bocornya ah, ahahaha.
Kalau mau dibahas sie, kan udah ada lensa-lensa terintegrasi dengan kamera ponsel sehingga tidak perlu mendekat sampai batas itu. Sehingga mengganggu kewibawaan event. Hehehe, cuma sentilan saja.. semoga kelak diparingi kemudahan untuk membumikan kewibawaan simbol negara yang kita hormati bersama ini.
Seusai pengibaran bendera, dengan low anggel saya memotret Paskibraka ini melaju dengan derap langkahnya.
 Tak lupa saya sempatkan ambil gambar, sang pengusung Bendera Merah Putih itu. Cantik sekali dalam layar rana ini. Tak tampak kusut dan tak capek rasanya warna wajahnya itu. Walaupun saya mengira tadinya mereka pasti terengah-engah atau tertekan karena cekaman tugas atau mentari pagi Besuki yang bersinar penuh hari ini tadi.

Setelah upacara, diumumkan dengan semarak sekali bahwa akan ada drama kolosal. Entahlah apa itu bentuknya, tetapi saya sempatkan untuk memberi waktu pada suasana ini. Saya cuma duduk - duduk saja menunggu apa yang akan terjadi. 

Sejenak sayup-sayup terdengar suluk berbahasa madura. Semacam macopat, sebuah tradisi kesenian dongeng yang dibacakan dengan partitur berbahasa madura pegon dan diverbal dengan suara-suara yang terukur dan pakem. Macopat adalah tradisi orang Besuki. Rupanya dubbing, diperankan oleh pelakon. Duduk diatas lincak (semacam balai-balai bambu) memulai event ini dubbing ini terlantun sempurna, dan rasa-rasanya ini adalah semacam dongeng yang akan diperankan oleh banyak orang. Ya, seorang kakak sedang bercerita tentang kehidupan sebuah masyarakat Besuki ... Yang hidupnya tentram dan sejahtera.



Kehidupan yang penuh keramahtamahan, pasar dan perdagangan berjalan apa adanya.
Mendadak berubah setelah dunia pasca renaissance berjangkit budaya kekerasan, perang dan peradaban yang membolehkan menjajah bangsa lain yang keji dan kejam. Kehidupan rasa-rasanya adalah penderitaan.


 Rakyat Indonesia melarat, kekejian dimana-mana. Indonesia menangis.
 Sebagai yang ingin merdeka, masyarakat berjuang dan merelakan jiwa dan kehidupannya dikorbankan. Kehidupan memang keras, tidak banyak yang bisa dipelihara- semuanya adalah kerusakan dan perang. Sebagian rakyat memang harus berperang untuk menang.
Selama kurang lebih 350 tahun keadaan itu.
Lalu keadaan itu berakhir, namun tidak sama sekali berhasil menguburkan tangis dan nestapa. Rakyat kembali dicecar dengan budaya kekerasan dan perang. Jepang menang perang terhadap Belanda dan menguasai Indonesia. Keadaan baru yang kurang menyenangkan.
 Rakyat berusaha dan terus mencari jalan untuk penghidupan. Berperang juga adalah salah satunya. Mereka resmi bermerah putih dan mereka melawan. Menyusun kekuatan, bersama-sama berjuang, mengundi kehidupan antara hidup atau mati. Mereka berperang .... setelah sekian lama.

 Pejuang-pejuang bertarung sampai darah penghabisan. Kehidupan memang harus diperjuangkan !!.
Mereka akhirnya menang !!!..

Dan Sang Pendongeng, menutup dongengnya dengan Bacaan Puisi. Puisi tentang semangat untuk Kerja, Kerja dan Kerja !!!!!!


MERDEKA !!!


Demikian essai foto kali ini, semoga berkenan. Terima kasih.

Tersaji juga dalam album facebook, klik disini.

Read More

Sabtu, 15 Agustus 2015

Written on

Hunting Landscape, Aeng Tancak Polaseng

Terletak di sebuah Dusun Polaseng, air terjun ini kini mudah diakses. Dulunya tersembunyi dan terpisah dari perkampungan. Memiliki ketinggian sekitar 40 meter, air terjun ini menjadi obyek bidikan saya. Sepertinya adalah yang Pertama seorang fotografer hadir disana dan menyajikannya dalam sebuah essay foto semacam ini.

Memulai dari sebuah informasi seorang penyuluh pertanian sejawat saya, saya mendapatkan informasi persis letak kawasan ini. "Namanya kawasan Polaseng, Desa Alas Tengah", jelas teman saya itu beberapa bulan yang lalu. Ketika itu kawasan ini baru dilaksanakan pembukaan jalan, membelah bukit oleh TNI AD.

Tadi, ketika ada kesempatan pertemuan petani, perbincangan kami ganyeng selain dari soal budidaya tanaman, melibatkan beberapa rekan lainnya, termasuk diantaranya babinsa Desa Alas Tengah Kecamatan Sumber Malang. Bapak itu ditanya, benar tidaknya kawasan air terjun tersebut. Kalimatnya menjelaskan kawasan ini,"TMMD itu Pak. Letaknya dari Kantor Desa itu sebelah utaranya Pak, jadi tinggal belok kiri sebelum Kantor Desa jika dari arah Kota Besuki !" jelasnya.


Setelah acara selesai, langsung cuz, dan mengikuti jalur bertanda ini. TMMD. Saya lepas dari rombongan teman-teman sejawat, karena saya pikir masih cukup waktu untuk saya berpetualang hari ini tadi. 

Berpapasan dengan beberapa orang, saya cuek saja. Jepret jepret sebentar, mencari jejak- agar besok-besok tidak ada yang tersesat. Perjalanan sepeda motor menyenangkan, jalurnya beraspal- namun sebagian jalan masih belepotan pasir dan tanah. Jadi, pelan-pelan saja.Rupanya selain terletak dekat dengan permukiman yang tersedia toko peracangan, juga ada fasilitas ini disini. Hmmm, jadi makin mudah berkunjung.

Bergerak perlahan dan pasti saya menapaki jalan berliku dan beraspal itu. Dan saya menemukan tanda ini. Saya mengikutinya.

Perjalanan memasuki babak baru. Tanda itu menunjuk kekiri. Saya bersimpangan dengan seorang yang baru keluar dari jalan tersebut, bertanya. "Ya, benar Pak. Lewat sini saja !!. Air terjun kan ?". Berbasa basi sebentar langsung cuz.

Okey, saya berbelok kekiri, disebelah utara kantor desa Alas Tengah. Saya tidak mencoba bertanya dimana kantor desa, karena tanda LOKASI TMMD itu jelas sekali terlihat di kiri dan kanan jalur rambat kami. Sejumput saya lalu mencoba mengambil gambar jalan yang sudah dibuka oleh TNI AD tersebut. 

Jalannya masih tanah, dan sebagian ada kerikil, namun nyaman jika dilalui kendaraan sepeda motor  jelajah tua ini. Lebar 5 meter, memungkinkan jalur ini dilewati bahkan oleh Jenis Kendaraan gede sebesar Fortuner atau Ford Ranger. Jadi asyik nie perjalanan kali ini.



Saya berpapasan dengan beberapa warga, tampak seorang warga sedang meniti jalan menanjak dengan membawa hijauan untuk ternak mereka. Masih sekitar 500 meter lagi dari posisi ini.Coba perhatikan sisi kanan tengah foto diatas itu dengan seksama. Nah, ada kan ?

Selanjutnya saya berhenti disebuah kelokan dengan tumbuhan yang tinggi lurus. Menarik untuk dijepet. 

Perhatikan betapa tingginya ?. Saya menduga ini sekitar 16-20 meteran tingginya.




Ternyata dibalik kelokan ini jalan ini berakhir. Kita akan masuk ke kawasan jalan setapak menuju lokasi air terjun.
Kami menikmati vegetasi-vegetasi yang ada, diantaranya bunga-bunga liar ini. Indah dari kamera saya ....



Sesekali melihat jauh dan tampak tampilan gumuk (semacam bukit kecil) yang hijau diantara tanaman-tanaman kelapa tinggi menjulang. 
Kini saya sudah sampai di dekat air terjun itu, tampak dari jauh air terjun itu menjuntaikan helai air-airnya.... Indah sekali. Masha Allah.... !!!


Perlahan saya mendekat dan menapaki batu-batu besar. Perlahan-lahan saja, sampai menengok kiri dan kanan. 
Tampak sekali pemandangan indahnya. Air-air yang mengalir jernih. Sungguh perawan kawasan ini.



Dan semakin dekat rasanya udara yang menghempas wajah akibat jatuhnya air dari ketinggian membuat saya terpana dengan kebesaran Allah Ta'ala dalam menciptakan alamnya. Segera saya mengambil wudlu dan shalat dengan isyarat, yakni semua syariat shalat termasuk rukuk saya lakukan sempurna dan ketika sujud cukup menyentuhkan dahi ke dinding batu. Karena tidak ada tempat datar disini, semuanya bebatuan. Lalu saya duduk terpekur, karena saya sendirian. Dzikir tasbih sebentar, dan mencoba mengambil gambar. 

Ada cahaya mentari dari balik bukit itu. Sinar cahaya sore itu. Menimbulkan flare karena cahanya menyentuh ruang rana kamera saya. Indahnyaaa... Masha Allah !!!.

Menurut penuturan warga yang saya jumpai, fenomena cantik bisa tampak ketika pagi sekitar jam 6 pagi, ketika matahari timur menyiramkan cahayanya ke dalam jatuhnya air terjun tersebut. Ya, pelangi. Kelak saya akan berkunjung pagi saja, mungkin dengan seorang model atau tidak ... Entahlah, karena saya masih belum tahu dengan siapa nak berangkat. Moga saja ada model yang berkenan menemani berjelajah alam. Tentu saja saya menunggu, hmmm kita lihat nanti. 

Dan inilah hasil fotografi saya sore itu.



Sore itu di Aeng Tancak Polaseng, saya menikmati anugrah Ilahi. Keberkahan alam atas kehidupan yang indah ini. Sepulangnya saya bertemu beberapa warga, sebagai seorang penyuluh pertanian dengan moral penyuluh yang sudah ada dan terbentuk- saya bercengkrama sejenak dengan beberapa warga tersebut. Dan menyampaikan beberapa hal. Tentulah itu catatan kehidupan, karena ternyata apa yang saya sampaikan itu termaktub dalam pengalaman banyak orang yang bermanfaat tentunya. Alhamdulillah walaupun bukan wilayah tugas saya, namun moral penyuluh tidak bisa dilepaskan. Akhirnya saya pulang dengan membawa file-file yang belum diolah, lepas malam barulah saya catatkan dsini.
Demikianlah essay foto ini. Semoga berkenan.



Read More
 

Sample text

Streaming Radio Online


Get the Flash Player to see this player.


Dengarkan di WINAMP

Streaming Provider by :
KLIKHOST.com

Sample Text